Karena sesuatu dan lain hal, blog kami yang awalnya bernama sabangiskandar.blogspot.com diganti menjadi aksiputer.blogspot.com

07 September 2007

SIKAP OPORTUNIS MANAJER

Oleh: Muh. Iskandar Sabang

Terdapat beberapa faktor yang mendorong perilaku seorang manajer untuk melakukan rekayasa keuangan, jika dilihat secara individu manajer tentunya perilaku yang mendorong adalah adanya keinginan untuk kinerjanya dinilai lebih baik atau berprestasi dan jika dilihat manajer sebagai bagian suatu perusahaan maka manajer menginginkan perusahaan yang dikelolahnya terlihat baik.

Ketika perusahaan akan masuk ke bursa efek (perdagangan saham) maka faktor perilaku kedua yang lebih dominan ditunjukkan seorang manajer. Perusahaan yang baru akan masuk atau melakukan IPO (Initial Public Offering) mengalami ketidakpastian apakah saham yang diajukan diminati atau tidak. Untuk itulah maka manajer harus memperlihatkan kondisi perusahaan sedemikian rupa agar saham yang ditawarkan diminati oleh investor karena satu-satunya informasi yang dapat dibaca oleh calon investor adalah laporan keuangan, demikian pula jika pada posisi pasar sekunder agar tidak mendapat tekanan dari pemilik atau pemegang saham.

Perekayasaan keuangan yang umum dilakukan adalah dengan melakukan manajemen akrual, namun untuk perusahaan issuer (IPO) manajemen akrual yang digunakan adalah discretionary accruals. Cara ini akan menaikkan laba perusahaan dengan melakukan penggesaran laba masa yang akan datang ke masa sekarang dan penggeseran biaya sekarang ke masa yang akan datang.

Perekayasaan dengan akrual ini merupakan teknik yang sangat susah untuk dideteksi, dengan kondisi dimana manajer berharap perusahaannya dinilai baik (prospek), manajer memegang peranan dalam merekayasa keuangan serta adanya metode yang sudah dideteksi oleh pembaca laporan keuangan maka kondisi inilah yang mendorong sikap oportunis manejer. Namun dampak sikap tersebut akan terlihat pada tahun-tahun berikutnya (setelah penawaran), baik untuk akan mengalami penurunan laba karena pendapatan yang seharusnya untuk masa yang akan datang namun diakui sebagai pendapatan masa sekarang serta biaya yang seharusnya diakui pada masa sekarang namun digeser pada ke masa yang akan datang. Kinerja perusahaan yang issuer lebih besar penurunannya dibandingkan dengan non-issuer karena non-issuer tidak lagi menggunakan teknik akrual discretionary accruals.

Antisipasi pada konsekuensi logis merupakan komponen ini dalam mendesain pengandalian. Konsidi ini merupakan hal yang penting bagi seorang manajer keuangan yang terbiasa untuk membuat pertimbangan berdasarkan apakah suatu hasil itu adalah baik atau buruk. Laporan keuangan memberikan informasi untuk menentukan apakah hasil tersebut tepat maupun tidak. Konsekuensi logis inilah yang mendasari manajer bersikap oportunis, bahwa manajer ingin menampilkan suatu laporan keungan yang terlihat bagus dan prospek di mata calon investor.
Pengambilan keputusan telah disamakan dengan proses memikirkan mengelolah, dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, terdapat beberapa definisi yang masing-masing digunakan untuk tujuan tertentu. Dalam organisasi pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai proses memilih diantara berbagai alternatif tindakan yang berdampak pada masa depan. Dari sekian alternatif yang mungkin dapat dilakukan oleh manajer, proses akrual dengan discretionary accruals yang dapat memperlihatkan laba pada laporan keuangan terlihat baik. Disisi lain calon investor hanya memiliki satu sumber informasi untuk melakukan penilaian terhadap perusahaan.

Untuk mengenali dan mengidentifikasi masalah atau peluang, para pengambil keputusan memerlukan informasi lingkungan, keuangan dan operasi. Informasi kondisi eksternal memberikan informasi adanya peluang-peluang pasar baru sekaligus memberikan informasi tantangan dalam memperoleh peluang tersebut. Informasi keuangan atau operasional dapat memperingatkan manajemen terhadap masalah yang memerlukan tindakan segera. Dengan kekuatan informasi laporan keuangan inilah seorang manajer berkesempatan untuk mengelabui calon investor karena kondisi lingkungan perusahaan merupakan kondisi yang jarang terekspos.

Adalah penting untuk diingat bahwa manusia bukanlah organisasi yang mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang serta tantangan dan mencari tindakan alternatif, manusialah yang memilih kriteria pengambilan keputusan, memilih alternatif yang optimal dan menerapkannya. Lingkungan organisasi di mana manusia digunakan bergantung pada jenis dari masalah pengambilan keputusan atau peluang serta tantangan yang dihadapai. Manusia merupakan makhluk rasional karena memiliki kapasitas untuk berpikir, memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia sangatlah terbatas karena mereka hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses informasi yang tersedia secara berurutan. Manajer sebagai manusia yang akan mengambil keputusan dan memiliki lebih banyak informasi dibandingkan calon investor maka secara rasional jika seorang investor akan kalah dalam memahami informasi akan sebuah perusahaan.

Proses pengambilan keputusan lebih lanjut lagi dipengaruhi oleh tingkat pengalaman sebelum dari individu-individu yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Studi yang dilakukan oleh Bouwnam (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam strategi yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan pendatang baru ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi dan informasi keuangan lainnya. Tiga hal utama yang membedakan adalah (1) pengujian informasi, (2) integrasi pengamatan dan temuan serta (3) pertimbangan. Investor sebagai pendatang baru (dilihat dari informasi yang harus dipelajari) dan dengan sikap oportunis seorang manajer yang lebih pakar maka hasil pengujian informasi dari laporan keuangan serta kekurangan pengamatan dan temuan maka akan menjadi pertimbangan yang menganggap bahwa informasi laporan keuangan sudah merupakan informasi yang sudah cukup. Selain itu data akuntansi (laporan keuangan) dianggap pula sebagai stimulasi dalam pengenalan masalah melalui pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran standar.

Sikap oportunis merupakan suatu modal bagi seorang manajer tetapi hendaknya mampu mempertimbangkan keadaan-keadaan setelah penawaran (IPO).
Jika penawaran telah selesai maka hendaknya manajer mampu mengambil langkah untuk mengantisipasi menurunnya kinerja perusahaan sebagai akibat manajemen akrual discretionary accruals.

Bagi calon investor hendaknya tidak hanya terfokus pada laporan keuangan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan karena calon investor juga memiliki oportunis untuk memutuskan membeli saham atau tidak.

Tidak ada komentar:

Praktikum Manajemen Keuangan

PRAKTEK MANEJEMEN KEUANGAN

Buku Praktikum ini di susun oleh tim pengajar manajemen dan keuangan Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang. Disusun dalam 2 buah buku yaitu Buku 1 berupa informasi perusahaan dan kasus-kasus perusahaan yang akan di selesaikan, buku 2 merupakan lembar kerja untuk penyelesaian kasus-kasus dalam buku 1. Bahan praktek ini terdiri dari 6 job yaitu: Manajemen Modal Kerja (Working Capital Management), Manajemen Kas dan Sekuritas (Cash and Securities Managemen), Manajemen Persediaan (Inventory Management), Manajemen Piutang (Account Receivable Management), Biaya Modal dan Struktur Modal (Cost of Capital and Capital Structure), Analisis Leverage (Leverage Analysis) dan Penganggaran Modal (Capital Budgeting).

Informasi lebih lanjut untuk memperoleh buku ini, dapat mengubungi Pusat Pengembangan Akuntansi dan Keuangan Jurusan Akuntanasi Politeknik Negeri Ujung Pandang melalui e-mail accounting_pnup@yahoo.com atau iskandarsabang@yahoo.com